SHALOM EVERYBODY! I'M SEHATI LAOLI, WELCOME ON MY BLOG, NICE TO MEET YOU ALL, I HOPE THAT YOU LIKE IT.

ARTICLES

Bacaan

Matius 2:1-12 dan Lukas 2:8-20

Baik Injil Matius maupun Injil Lukas mencatat kisah kelahiran Yesus.
Kedua Injil tersebut menulis bahwa Yesus lahir di Betlehem, di Yudea,
oleh seorang perawan, yaitu 
Maria                              Injil Matius dan Lukas masing-masing menceritakan kejadian yang sama
dengan sudut pandang yang berbeda.
       Di Injil Matius atau dari sudut pandang Rasul Matius yang adalah seorang pemungut pajak menceritakan perihal kedatangan orang majus yang mencari dan menyembah “raja” yang baru lahir, serta mempersembahkan hadiah yang mahal-mahal.

Sedangkan Injil Lukas atau dari sudut pandang Lukas yang adalah seorang dokter menceritakan kisah ini dengan lebih detail, termasuk adanya malaikat dan kedatangan gembala domba yang menyembah bayi Yesus di palungan, secara lebih kronologis. Injil Lukas tidak mencatat mengenai orang-orang majus dari Timur, tetapi mengisahkan kelahiran Yohanes Pembaptis yang terjadi sekitar 6 bulan sebelum kelahiran Yesus, termasuk penampakan malaikat Gabriel yang memberitahukan terlebih dahulu kepada Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis.
Kedua Injil juga memberikan silsilah Yesus Kristus
Injil Matius, yang target pembacanya adalah bangsa Yahudi, menitikberatkan pribadi Yesus sebagai Raja, Mesias keturunan raja Israel yang ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi, oleh sebab itu silsilahnya dimulai dari Abraham, bapa orang Yahudi. Pun tulisan-tulisannya penuh dengan simbol-simbol dan pemenuhan nubuatan-nubuatan nabi zaman dulu yang mengatakan bahwa Mesias akan terbit dari keturunan Daud. Ditulis dalam silsilah Yesus ada 14 keturunan dari Abraham hingga raja Daud, 14 keturunan dari Daud hingga masa pembuangan ke Babel, 14 keturunan dari masa pembuangan hingga Yesus.
Injil Lukas, yang target pembacanya adalah bangsa bukan Yahudi, menitikberatkan pribadi Yesus sebagai Anak Manusia danAnak Allah, Allah semua bangsa, bukan hanya bagi orang Yahudi. Oleh sebab itu silsilahnya dimulai dari Adam, bapa semua umat manusia, bahkan hingga kepada Allah, bapa Adam, pencipta seluruh manusia. Sebagai salah satu pengikut Paulus, Lukas juga mungkin pada saat menulis ini memikirkan Yesus sebagai Adam baru/Adam kedua (bnd. Roma 5:12
                  Bagaimana Respon terhadap Kelahiran Tuhan Yesus (Natal) Ini?
       A.    Injil Lukas 2,  
1.      Maria        : Maria yang “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya
                              dan  merenungkannya.” (ay. 19)
2.      Para Gembala : para gembala adalah orang-orang pertama yang menaruh
                             perhatian   setelah Kristus lahir.  (ay. 20). 
       B.     Injil Matius 2
            1. Orang Majus
                Orang-orang  Majus yang mendengar berita kelahiran Kristus langsung bertanya,
                “Di  manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah
                melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” (ay. 2)

                 Siapakah orang Majus itu? Orang Majus=ahli sihir, ahli filsafat, dan imam,
                 Orang- orang pintar, orang-orang bijaksana dan terpelajar.
                 Orang majus ini tentu tidak termasuk bangsa Israel.
                 Orang majus merupakan cendekiawan yang berurusan dengan ilmu
                 yang   membutuhkan penyelidikan yang saksama.
                 Orang majus datang dari Timur yang terkenal dengan tenung (Yes. 2:6).
                 “wise and learned men” (orang-orang yang bijaksana dan terpelajar).
                 Orang majus
bisa mencari kelahiran Kristus tersebut melalui tanda di langit yaitu
                 berupa bintang (Mat. 2:9)

             2. Siapa Herodes? Herodes adalah orang Edom yang diangkat menjadi raja
                 atas Yudea  oleh Kaisar Augustus dan Antonius, penguasa Romawi waktu itu.
                 Dia sangat jahat dan keji, meskipun demikian, ia digelari Herodes yang  Agung.
                 Jika kita menelusuri reaksi raja Herodes, kita seolah-olah terkecoh dengan respeknya akan                  kelahiran Kristus, namun setelah kita mengerti totalitas ceritanya, maka kita akan benar-                      benar mengerti siapa raja Herodes sebenarnya.
                 Pada waktu itu, raja Herodes memanggil para imam kepala dan ahli Taurat untuk                                  menanyakan tentang lahirnya Mesias itu dan mereka memberitahukan bahwa Mesias lahir                    di Betlehem (ay. 4-6). Setelah itu, Herodes memanggil para orang majus yang sudah                            mengetahui tanda bintang itu.
                 Perhatikan apa yang Herodes katakan kepada orang majus, “Pergi dan selidikilah dengan                    seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia,                                    kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” (ay. 8)

Herodes bermotivasi busuk ingin menyingkirkan Mesias, karena kehadiran Mesias bisa menganggu otoritasnya sebagai raja Yudea. Demi mencapai tujuannya, ia memerintahkan membunuh semua anak di bawah umur 2 tahun di Betlehem (ay. 16-18).


Implikasinya

Setelah membaca 4 respon terhadap kelahiran Tuhan Yesus baik dari Lukas 2 maupun Matius 2, maka sekarang kita akan menarik implikasi praktisnya.
Tiga respons pertama (Maria, para gembala, dan para orang majus) adalah respon umat Tuhan terhadap berita kelahiran Kristus dan respon terakhir (raja Herodes) terhadap berita kelahiran Kristus menunjukkan respon manusia duniawi.

Respon umat Tuhan terhadap berita kelahiran Kristus adalah:

Pertama, bersukacita. Alkitab mencatat baik para gembala maupun para orang majus sangat bersukacita ketika mereka mendengar kabar kelahiran Kristus.
Natal bukan lagi momen yang indah, karena Natal sudah menjadi rutinitas. Sering kali Natal menjadi momen di mana kita melupakan makna, inti Natal sesungguhnya. Kita sibuk dengan merias pohon Natal, gereja sibuk menyelenggarakan kebaktian Natal, dsb. Hal-hal tersebut tentu tidak salah, tetapi terlalu memfokuskan pada hal-hal demikian lama-kelamaan akan mengakibatkan kita menjadi kehilangan makna Natal sesungguhnya. Kita bersukacita bukan karena Kristus yang lahir, tetapi karena semaraknya kebaktian Natal, yang lebih parah lagi, karena semaraknya hiasan Natal di gereja dan toko-toko. Sukacita yang kita tunjukkan karena kelahiran Kristus seharusnya ditunjukkan bukan melalui gegap gempita sebuah perayaan Natal atau hiasan Natal di gereja, namun melalui kerelaan kita mewartakan inti berita Natal itu kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus (orang yang belum percaya).
 Ingatlah, Tuhan memperingatkan kita melalui para orang majus (non-Yahudi) bisa mengetahui tempat kelahiran Kristus bahkan menyembah-Nya bahwa Ia menginginkan kita merayakan kelahiran-Nya dengan mewartakan Injil kepada mereka yang belum percaya. Natal dan Injil adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Jangan merayakan natal secara rutinitas saja melainkan mengerti esensi Natal sesungguhnya.

Kedua, Kedua, merenungkan. Setelah heran mendengar perkataan para gembala tentang berita yang mereka dengar dari para malaikat, maka Alkitab mencatat respon Maria adalah menyimpan hal tersebut dan merenungkannya. Ya, merenungkan Natal dan artinya adalah sebuah tindakan yang Tuhan inginkan. Kita tidak hanya cukup bersukacita merayakan kelahiran Kristus, namun kita juga harus merenungkan makna kelahiran Kristus itu.

Ketiga, Ketiga, menyembah Dia. Alkitab mencatat bahwa para orang majus yang datang menyembah setelah menemui bayi Yesus (Mat. 2:11). Dari peristiwa ini, kita belajar prinsip penting bahwa Natal identik dengan penyembahan kepada Kristus (atau berpusat kepada Kristus). Natal yang dipisahkan dari penyembahan kepada Kristus adalah Natal yang sia-sia, Akhir-akhir ini, kita menjumpai berita Natal sudah mulai diselewengkan oleh beberapa gereja baik dari gereja arus utama maupun gereja kontemporer yang pop.
            Gereja arus utama menekankan aspek sosial dari Natal, sehingga Injil Kristus sejati jarang ditekankan. Aspek sosial tidaklah salah, namun terlalu menekankan aspek sosial lebih daripada Injil Kristus itu bisa berbahaya.
Sebaliknya, beberapa gereja kontemporer yang pop menekankan aspek materialistis dari Natal. Mereka mengajar bahwa ketika Raja segala raja lahir, maka anak-anak Raja akan diberkati dan menjadi kaya, kemudian jemaat serentak bersuara, “Haleluya.” Sebenarnya dua berita Natal yang didengungkan oleh aliran-aliran kurang bertanggungjawab tersebut seharusnya menyadarkan kita akan pentingnya memberitakan kembali Kristus di hari Natal. Natal yang berpusat kepada Kristus mengakibatkan hidup kita pun berpusat kepada Kristus, sebagaimana penginjilan yang berpusat kepada Allah mengakibatkan gaya hidup orang yang bertobat juga berpusat kepada Allah.

Keempat, memberi persembahan kepada-Nya. Orang majus memberi persembahan kepada Kristus, yaitu: emas, kemenyan, dan mur (Mat. 2:11b).

  
Respon manusia duniawi (Herodes) terhadap kelahiran Kristus:

Pertama, memanfaatkan situasi demi keuntungan sendiri. Raja Herodes ketika mendengar berita kelahiran Kristus langsung memanggil para imam kepala dan ahli Taurat serta para orang majus untuk bertanya tentang tanda kelahiran Kristus. Ia berkata bahwa ia ingin menyembah Kristus sama seperti para orang majus setelah mengetahui tanda bintang itu. Benarkah motivasinya tulus? TIDAK.

Tuhan menginginkan kita meneladani sosok Maria, para gembala, dan para orang majus ketika meresponi kelahiran Kristus, yaitu: bersukacita, merenungkan, menyembah-Nya, dan memberi persembahan kepada-Nya. Itulah respon yang benar. Amin.

**********Sehati Laoli (SL)**********

                                  HIKMAT TUHAN (God's Wisdom)


                                           Amsal 6:6-7 dan Amsal 30:24-28


AMSAL 30:24-28
Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan:
1. Semut (The ants).
bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,
2. Pelanduk (the conies/The rabbits).
bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu,
3. Belalang (The Locusts)
yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur,
4. Cicak/laba (the Lizards/the Spiders)
yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.

1. Semut (The ants).
Belajar dari semut adalah meskipun kecil, tidak kuat tetapi tetap kerja keras/rajin serta punya hikmat. Semut menabung untuk menghadapi musim paceklik artinya pada masa/musim kekurangan banyak makanan or masa sulit) mereka membuat preparation (persiapan). Dari sini kita belajar bahwa kita harus membuat PERSIAPAN (preparation) untuk masa depan. Kita sekarang belajar, bekerja keras, rajin dan tidak malas-malasan karena ini sebagai satu bentuk persiapan kita untuk masa depan yang sejahtera (Baca Amsal 6:6). Katakan “I will be Diligent and Wise, Not Lazy"

2. Pelanduk (The Rock badger/ The Conies/The Rabbits).
Dalam berbagai terjemahan ada perbedaan kadang Pelanduk, Tupai atau Kelinci.
Belajar dari pelanduk adalah meskipun binatang ini lemah bahkan penglihatannya kurang, namun cekatan. Ia sadar dirinya lemah karena tidak memiliki kuku untuk mencengkram, maka ia membangun rumahnya di bukit batu cadas (bukit batu) agar musuhnya sulit mencapainya. Dia tahu betapa pentingnya rumah, sebagai tempat berlindung. Rumah kita kelak adalah sorga. Karena itu Iblis berusaha menghalangi kita untuk memasuki rumah di sorga. Namun di dunia ini juga kita musti memperhatikan rumah kita yaitu rumah Tuhan. Kita perlu gereja, rumah Tuhan. Jangan menjadi anggota gereja kristen jalan-jalan alias GKJJ. Harus punya rumah, harus punya gereja, harus beribadah di rumah Tuhan, Kita musti membangun rumah di atas bukit batu.
Siapa bukit batu kita? Yesus (1 Korintus 10:4), Batu Karang yang teguh. Kita musti berdiri di atas Yesus. Perhatikan hidup kita, apakah berdiri di atas Firman Tuhan yang adalah Yesus. Yesus menjadi tempat perlindungan bagi kita atas serangan si jahat. Ingat! dalam 1 Petrus 5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Demikian juga orang Kristen yang disebut seperti domba yang lemah harus cekatan seperti pelanduk dengan membangun hidup diatas dasar iman yang kokoh.
Bagi setiap kita juga. kita harus cekatan, ingat iblis selalu berusaha menghalangi/menggalkan pendidikan, pekerjaan, pelayanan, so betapa pentingnya Yesus dalam hidup kita karena Yesus tempat perlindungan kita atas serangan si jahat, bangun hidup anda di atas dasar iman yang kokoh,
jangan GKJJ, rajin ke gereja, berdoa dengan sungguh-sungguh, karena kita butuh Yesus.

3. Belalang (The Locusts)
Belajar dari belalang adalah meskipun tidak mempunyai pemimpin namun berbaris dengan teratur atau sejajar artinya mereka tertib, disiplin.
saudara2ku disini kita belajar tentang PERSATUAN (unification). Kita perlu bersatu, rumah tangga, keluarga, saudara-bersaudara, sesama jemaat, harus bersatu. Kalau kita bersatu maka kita akan melihat kuasa Tuhan.
Ada "the power of unity" kekuatan suatu kesatuan. Jadi janganlah kita menjadi orang yang tidak tertib, tidak disiplin dalam pekerjaan, pelayanan dan janganlah juga tidak mau bersatu atau tidak peduli dengan kesatuan dalam jemaat Tuhan.

4. Cicak/Laba-laba (The Lizards/The Spiders).
Dalam berbagai terjemahan ada perbedaan kadang diterjemahkan cicak atau laba-laba.
Belajar dari cicak adalah meskipun binatang ini adalah binatang yang lemah, gak bisa terbang namun ia memiliki beberapa kelebihan, salah satunya ia bisa berada diistana, ia bisa menyantap binatang yang terbang seperti nyamuk, lalat dan serangga yang lain. Saat ia mengejar buruannya ia bisa begitu tenang , tidak terpancing emosinya, tapi cicak begitu sabar penuh perhitungan. Jadi selain mengajar tentang hikmat kesabaran tetapi di terjemahan lain diterjemahkan "laba-laba" yang artinya meskipun sering dibersihkan sarangnya tetapi tidak lama kemudian sarangnya muncul lagi. Ini mengajarkan kita tentang "ketetapan hati" dan "keteguhan hati" dan tidak gampang menyerah (determination).
***Ev. Sehati Laoli, S.S., S.Pd., S.Th., M.Th (c) ***



HARUS BISA MENJAGA PERKATAAN



                              HARUS BISA MENJAGA PERKATAAN!
Sunday, August 31, 2014

Baca:  Kolose 4:6, 1 Timotius 4:12 b.
           Matius 5:37, Yakobus 5:12

"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."  Kolose 4:6


            Ada kasus baru yang sangat populer di berbagai media saat ini yaitu kasus Florennce Sihombing Mahasiswa S2 Kenotariatan UGM dimana pada hari Rabu (27/8/2014) hampir semua SPBU di Yogyakarta masih mengalami kelangkaan premium dan warga harus berjam-jam antre untuk mendapat premium atau pertamax.

            Di SPBU Lempuyangan Yogyakarta, saat antrean cukup panjang, tiba-tiba ada seorang yang menyerobot antrean. Ia mengambil posisi di tempat pengisian khusus untuk roda empat dan langsung mengambil posisi paling depan. Melihat kejadian itu, warga yang mengantre meneriakinya “Huuuu, hoiii antre”. Meski diprotes, ia tetap meminta petugas untuk mengisi tangki motornya dengan pertamax.

            Melihat antrean yang panjang, petugas SPBU tidak berani mengisinya. Kecewa mendapat perlakuakn perlakuan tersebut, Florence meluapkan kekesalannya di jejaring sosial Path. “Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal Jogja,” tulis Florence.  Akibat dari perkataan Florence pun, ia dihukum maksimal 6 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar.

            Kasus yang sama pernah dialami oleh pemilik klub bola basket Amerika Serikat Los Angeles Clippers Donald Sterling. Gara-gara omongannya asal jeplak yang berbau rasis, Asosiasi Bola Basket Nasional (NBA) AS melarang Donald Sterling seumur hidupnya tidak boleh lagi terlibat di olahraga paling populer di AS itu. Dia tidak hanya dilarang memiliki klub bola basket tetapi juga tidak boleh lagi menonton pertandingan atau sekadar datang melihat latihan para pemain NBA, diwajibkan melepas sahamnya di LA, dan denda maksimum sebesar US$2,5 juta (28, 867 milliar). Sanksi tersebut menjadi hukuman paling keras yang pernah dikeluarkan oleh NBA.

            Kasus-kasus di atas mengingatkan kita atas peribahasa Your mouth is your tiger or your tongue is fire artinya mulutmu harimaumu. Ini artinya, penting untuk mengontrol setiap kata yang kita ucapakan karena kata-kata adalah refleksi dari diri kita sendiri.

            Topik hari ini adalah mengingatkan kita agar berhati-hati dengan mulut/ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan adalah sangat luar biasa.  Apalagi kita sebagai anak-anak Tuhan harus bisa menjadi teladan/kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui ucapan mulut kita.  "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."  (1 Timotius 4:12b).

Banyak orang percaya ketika berada di luar 'area suci' (gereja) tidak bisa menguasai mulutnya:  masih suka mengumpat, berkata-kata kasar, jorok, suka menggosipkan yang lain, perkataan tidak jujur, berbohong, tidak menempati janji  dan sebagainya. 

Mulut kita bisa menjadi sangat powerful (berkuasa).  Ada banyak orang yang beroleh kekuatan dan dibangkitkan semangat hidupnya akibat mendengarkan perkataan dari orang lain.  Sebaliknya ada pula yang menjadi terluka, hancur, frustasi dan putus asa oleh karena terbunuh oleh perkataan yang disampaikan oleh orang lain.

Dalam Mazmur 5:7 Tuhan membinasakan (destroy) serta jijik (abhors/hate) kepada orang-orang yang berkata bohong dan penipu.

     Lalu, bagaimana seharusnya perkataan orang percaya itu?

1.
  Perkataan penuh kasih
dan Tidak hambar (Let the words you speak always be full of grace, season them with salt (Col 4:6 NIRV). 
Artinya suatu perkataan yang penuh dengan keramahan dan didasari oleh kasih setelah terlebih dahulu dipertimbangkan dengan matang, sehingga orang lain yang mendengarnya dibangun, dikuatkan, dihibur serta didorong ke arah yang baik.  Karena itu  "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."  (Efesus 4:29). 

2.  Perkataan yang menyampaikan firman.  Tertulis:  "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;"  (1 Petrus 4:11a).  Ini bukan berarti kita menggurui atau sok pintar, tetapi perkataan kita hendaknya sesuai dengan firman Tuhan, bermuatan kesaksian dan nasihat sehingga orang yang mendengarnya diberkati.

3. Perkataan yang jujur, tidak berbohong. Tertulis: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” Matius 5:37 dan Yakobus 5:12b
Pernah dikhotbahkankan oleh Penulis (S. Laoli) di JRC (Jordan River Church)



                                     Bagaimana dengan perkataan Saudara selama ini?

 
                                                   
                                              ***Ev. Sehati Laoli, S.Pd., M.Th (c)***

2 comments:

  1. KELUARGA YANG BERKENAN KEPADA ALLAH
    Yosua 24 : 14-18
    • Makna kata takut dan beribadah (14a)
    1. Alkitab menggunakan beberapa kata untuk mengartikan takut atau ketakutan. “YIR’AH” dan “PAKHAD”, (B. Ibrani) “PHOBOS” (B. Yunani). Ada perbedaan antara kata “YIR’AH” dan “PAKHAD”. “PAKHAD” yang berasal dari kata “PAKHADA” berarti takut, ketakutan. Ketakutan yang dimaksud adalah ketakutan negatif. Takut karena trauma sehingga timbul rasa benci kepada sesuatu atau kepada seseorang, dll. Sedangkan “YIR’AH” (kata ini dipakai dalam Mazmur 111:10), adalah takut dalam arti yang positif. Makna takut di sini adalah “kepatuhan pada Tuhan”.
    2. Ibadah bukan sekedar kebaktian tetapi lebih dari, (Roma 12:1)
    Dalam kesaksian Alkitab, Ada beberapa kata atau ungkapan yang dipakai untuk ibadah. Kata kerja “abad” (B. Ibrani) berarti melayani atau mengabdi sedangkan kata ‘abodah” “hasytakhawa” (B.Ibr), leitourgia (Ibrani 12:28), “latreria ” (Rom 12:1) (B.Yun) berarti pemujaan, pelayanan (sikap hidup) atau “proskuneo” (B.Yun) berarti sujud, meniarap, membungkuk, sikap hormat dan kasih. Worship dan service (B. Inggris) jadi, dari pengertian di atas, kita bisa tarik kesimpulan bahwa ibadah itu selain pelayanan atau pengabdian seutuhnya kepada Allah yang dinyatakan baik dalam bentuk penyembahan dan juga dalam tingkah laku, tabiat dan menyangkut hidup sehari-hari. Teks Roma 12:1 diatas, Paulus menekankan bahwa esensi ibadah tidak sempit, dimana Paulus menegaskan bahwa ibadah yang sejati adalah hidup yang dipersembahkan kepada Allah.
    • Ciri-ciri keluarga yang berkenan kepada Allah (14b-18)
    1. Memiliki iman yang berpusat kepada Allah (14)
    a. Tidak menyembah berhala (Band. (Ef. 5:5 dan Kol 3:5)
    b. Berkomitmen untuk memnyembah Tuhan
    2. Memilki iman yang tidak tergoyahkan (15)
    a. Tidak terpengaruh oleh orang banyak
    b. Seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan
    3. Memiliki iman yang memberi pengaruh (16-18)
    a. Bangsa Israel bersumpah untuk mengikut Yosua
    b. Bangsa Israel melihat iman Yosua beserta kelurganya.
    Jadi, keluarga yang berkenan kepada Allah adalah keluarga yang beribadah kepada Tuhan.
    Khotbah KTM By : Ev. Sehati Laoli, SS., S.Pd., S.Th., M.Th(c).

    ReplyDelete